Usai Membunuh, Alumni RSJ Semarang Sarapan di Warung dengan Tangan Berlumur Darah

Seorang pemuda bernama Bisri (23) barangkali merupakan konsumen paling seram bagi Asmilah (44) pemilik warung makan warga RT 6/RW I, Desa Penanggungan, Kecamatan Gabus.

Bagaimana tidak, Bisri santai saja memesan menu sarapan dengan tangan berlumuran darah, Sabtu (23/4/2016) pagi. Asmilah bahkan sempat menyodorkan nasi kepada pengunjung warungnya yang terlihat cool itu. Saat itulah Asmilah menyadari, tangan Bisri berlumuran cairan merah yang sudah mulai mengering.

“Awalnya saya kira cairan apa. Kemudian saya suruh cuci tangan di belakang. Tak tahunya, orang itu baru saja membunuh orang,” cerita Asmilah.

Bisri yang barusan lulus dari sebuah PTS di Kudus itu, rupanya baru saja membunuh Kasnadi (65) tahun warga RT 8/RW I Desa Sunggingwarno kecamatan Gabus Sabtu. Korban yang seorang pengemis, tewas mengenaskan diduga karena dibantai dengan sadis oleh pelaku.

Jenazah korban ditemukan tergeletak dengan luka di bagian kepala di depan sebuah rumah kosong milik Suparjo, di RT 6/RW I Desa Penanggungan, Kecamatan Gabus. Kapolres Pati AKBP R Setijo Nugroho melalui Kapolsek Gabus AKP Sudarsono saat dikonfirmasi menjelaskan, awalnya mendapatkan laporan penemuan mayat.

Pihaknya kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (olah TKP) sebelum kemudian mengevakuasi korban ke RSUD Soewondo. Lantaran kejadian sangat pagi dan belum banyak diketahui warga, pihaknya bisa dengan cepat menghimpun data dan informasi sehingga. Kemudian langsung mengetahui siapa pelaku pembunuhan.

“Pukul sepuluh pagi kami langsung mendatangi pelaku yang saat itu sedang tidur. Tidak ada perlawanan saat kami amankan. Kini pelaku diamankan di Mapolres Pati untuk tindakan selanjutnya,” terangnya.

Menurut Sudarsono, pelaku yang diduga mengidap penyakit jiwa, belum bisa diajak komunikasi. “Sudah diajak komunikasi, namun tidak ada respon. Pelaku malah mengatakan barusan membunuh ayam, bukan membunuh manusia,” jelas Sudarsono.

Namun pihak kepolisian berhasil mengamankan barang bukti berupa tongkat dan batu besar berlumuran darah, yang diduga digunakan pelaku untuk membunuh korban. “Kami akan mengirim pelaku kembali pelaku ke rumah sakit jiwa. Sebenarnya pelaku baru saja dirawat di RSJ di Semarang. Namun rupanya kumat lagi,” lanjutnya.

Numpang Motor
Belum jelas muasal dan kronologi sehingga pelaku menghabisi korban dengan sadis. Karena pelaku mengalami gangguan jiwa sehingga keterangannya belum tentu akurat.

Tetapi berdasar penelusuran, peristiwa itu bermula saat korban sekitar pukul 04.20 WIB hendak pergi dari rumahnya menuju kompleks pertokoan Puri (Pati) untuk mengemis. Biasanya korban pergi dengan tukang ojek langganannya. Namun pagi itu ojek langganannya tak datang.

Kebetulan, saat itu pelaku melintas dengan mengendarai sepeda motor. Kemudian korban melambai-lambaikan tangannya dengan maksud ingin menumpang. Kemudian pelaku berhenti.

Korban sedikit memaksa kepada pelaku untuk menumpang pergi ke kota. Sampai terjadi percekcokan antara korban dan pelaku. Pelaku merasa kesal, meludahi, dan berkata kasar.

“Tak pateni kowe,” teriak pelaku. Korban merasa takut kemudian lari. Pelaku mengejar. Setibanya di depan rumah kosong milik Suparjo, pelaku berhasil menghentikan korban.

Kemudian pelaku mengaiaya korban menggunakan batu berukuran besar. Korban yang sudah tua tidak berdaya melawan pelaku yang mempunyai badan besar. Setelah dihantam batu besar bertubi-tubi, korban sempat hendak bangun untuk melarikan diri. Namun pelaku kembali menghantam korban dengan batu hingga tewas mengenaskan.

Setelah itu, korban pergi ke warung milik Asmilah. Beberapa jam kemudian, pelaku ditangkap oleh polisi saat tidur di rumahnya.